Karang Taruna Dlingo 1// Masih dalam kemeriahan HUT Kemerdekaan RI ke 71, berlokasi di halaman kantor Kecamatan Dlingo turut tampil bersama Pemerintah Desa Dlingo , Lestari Muda Budaya dari Karang Taruna Unit Dusun Dlingo 1 mengudara di atas panggung untuk menghibur rakyat.
Disutradarai oleh Singgih Wibisana, para pemuda dusun Dlingo 1 menampilkan kisah Tumenggung Pasingsingan yang termasuk dalam babad Tanah Jawi.
Sungguh mengesankan apa yang dilakukan oleh generasi muda di Dlingo 1. Acungan jempol buat kalian.
Secara lengkap alur ceritanya berdasarkan referensi dari : http://jamus-kalimasada.blogspot.co.id/2007/06/pangeran-alit.html
adalah sebagai berikut :
Pangeran Alit
Pangeran
Alit adalah saudara muda Amangkurat I (1646-1677), sejak kecil ia
diasuh oleh Tumenngung Danupaya, oleh karena itu ia tinggal
dikediamannya. Pada saat Danupaya dikirim ke Blambangan bersama
Tumenggung Wiraguna untuk mengusir orang-orang Bali
yang menduduki Blambangan. Suatu hari Pangeran Alit didatangi oleh
Tumenggung Pasingsingan dan anaknya Agrayuda. Kedua orang ini membujuk
Pangeran Alit agar ia merebut tahta kakaknya. Pasingsingan menjamin
menyiapkan pasukan untuk menduduki kraton, mumpung kraton sedang sepi
karena pejabatnya disibukkan untuk mengawasi pembuatan kraton yang baru,
dan sebagian sedang dikirim ke Blambangan. Akhirnya Pangeran Alit
terbujuk juga dan berjanji akan menduduki kraton setelah selesai
mengawasi pembuatan batu bata. Rupanya rencana ini diketahui Pangeran
Purbaya yang kemudian dilaporkan kepada raja. Raja memerintahkan untuk
membunuh Pasingsingan dan anaknya Agrayuda jika ia datang di tempat
pekerjaan pembuatan batu bata. Keduanya akhirnya dibunuh seperti rencana
dan kepala mereka dihaturkan Raja. Raja kemudian mengundang Pangeran
Alit dan melemparkan kepala Pasingsingan dan Agrayuda dihadapannya,
sembari mengatakan itulah nasib orang-orang yang akan menjadikan dirimu
raja. Pangeran Alit mengelak dan mengaku bahwa semua itu bukan gagasan
dia tetapi Pasingsingan. Raja memaafkan adiknya tapi memerintahkan agar
semua lurah dan pengikutnya diserahkan kepada raja. Pangeran Alit
menyanggupi dan menemui para pengikutnya. Pengikut Pangeran Alit
menangis dan memohon agar ia megurungkan niatnya untuk menyerahkan semua
pengikutnya yang jumlahnya tiga ratus orang itu kepada raja karena
mereka tahu pasti akan menemui nasib yang sama seperti yang dialami oleh
tumenggung Pasingsingan dan anaknya Agrayuda. Pangeran Alit tidak tega,
sebaliknya justru memerintahkan pengikutnya menyiapkan senjata dan
melanjutkan niat sebelumnya untuk menyerang kedaton. Rajapun mengetahui
kalau Pangeran Alit hendak menyerang kraton atas informasi dari Ki
Dakawana. Raja memerintahkan prajuritnya agar jangan ada yang melawan
jika Pangeran Alit mengamuk dan menyerang kraton, sekalipun banyak yang
tewas kerananya.
Saat
menyerang kraton para pengikut Pangeran Alit banyak yang menarik diri,
yang tertinggal hanya enam lurahnya yang paling setia. Saat memasuki
Alun-alun Adipati Sampang yang bernama Demang Melaya mencoba mencegah
Pangeran Alit agar mengurungkan niatnya, tetapi Pangeran Alit sudah tak
terbendung lagi bahkan ia mebunuh Demang Melaya dengan kerisnya, Setan
Kober, yang telah terhunus ditangannya. Para
pengikut Dipati sampang marah dan langsung menyerbu Pangeran Alit, dan
karena kecapekan Pangeran Alit tertusuk oleh kerisnya sendiri Setan
Kober. Jasad Pangeran Alit diusung ke Sitiinggil. Sebagai rasa
belasungkawa dan kesedihan atas tewasnya Pangeran Alit, raja melukai
bahu kirinya dengan kerisnya. Setelah terbunuhnya Pangeran Alit ribuan
ulama pendukung Pangeran Alit diburu dan dibunuh.
Siapa yang berminat nanggap kethoprak kami hubungi :
Bapak Budi Cahyono HP : 085228230931
Mas Markus Pandu HP : 085643101299
0 komentar :
Posting Komentar
Terimakasih telah berpartisipasi memberikan komentar terbaik anda. Isi komentar di luar tanggung jawab redaksi.